Kejujuran Bapak Tukang Becak
Hari menunjukkan jam 14.00, aku masih menunggu kakak untuk menjemputku ke sekolah, namun belum kunjung datang. Sekolah mulai sepi, semua orang sudah pulang. Akhirnya aku mengambil inisiatif untuk berjalan kaki saja.
Sesampainya di perempatan, aku melihat seorang bapak tukang bejak, akupun menghampirinya sembari bertanya..
“Pak, bisa anterin saya ke Jl. Anggrek no. 12 gak pak..?” Tanyaku.
“Oh bisa dek, silakan naik..” kamipun berangkat.
Sesampainya di depan rumah, aku membayar biaya sewa dan bapak tukang becak kembali ke perempatan. Aku menanyakan dimana kakak kepada ibu, ibu bilang dia pergi ke kebun bersama bapak.
Keesokan harinya, kejadian yang sama terulang lagi, sehingga aku kembali memutuskan untuk berjalan kaki lagi dan melihat bapak tukang becak yang kemaren di tempat yang sama juga.
Aku kembali menggunakan jasanya untuk menghantarkanku pulang. Sesampainya di rumah dan hendak membayar, Bapak Tukang becak berkata..
“Enggak usah dibayar dek, uang adek yang kemaren ternyata berlebih, selembar uang tertas terlipat dalam lembaran yang adek kasih, jadinya adek bayar 2x lipat kemaren, makanya untuk hari ini tidak usah dibayar..” kata pak tukang becak.
Akupun terkagum menyaksikan kejujuran sang bapak. Aku kembali menawarkan bayaran tapi dia terus menolak. Akhirnya, aku hanya bisa mengucapkan terima kasih.
“Terima kasih ya pak, kejujuran bapak sangat saya kagumi dan hargai. Semoga rezeki bapak selalu lancar dan tetap sehat ya pak..” tutupku.
Si bapak kembali pulang ke perempatan lagi seperti semula.
Sumber : Wikipedia
Komentar
Posting Komentar